Selasa, 19 Mei 2009

naskah drama "Jerit Muram Pelangi Taman"

SEBUAH DRAMA SUREALIS YANG MENGISAHKAN JERITAN HATI PARA PENGHUNI TAMAN ATAS KONDISI BUMI YANG DIRASA SEMAKIN TIDAK NYAMAN. POHON DAN RUMPUT YANG BERADA DI TAMAN MERASA TIDAK NYAMAN DENGAN HABITAT MEREKA. PERTENGKARAN, PERDEBATAN, DAN BERBAGAI SOLUSI DIBAHAS DALAM DRAMA INI, MESKIPUN SEMUA YANG MEREKA PERDEBATKAN AKHIRNYA BERUJUNG KEMATIAN. ULAH MANUSIALAH SEBENARNYA YANG MENJADI KUNCI ATAS SEMUA YANG MEREKA PERDEBATKAN. TIDAK BANYAK YANG BISA DILAKUKAN SELAIN PASRAH DENGAN KEMATIAN.

TOKOH:
1. POHON 1 : Panik.
2. POHON 2 : Pemarah
3. POHON 3 : Tenang.
4. POHON 4 : Mudah percaya. (Kaktus. Berduri)
5. POHON 5 : Mudah percaya. (Kaktus. Berduri)
6. RUMPUT 1 : Sabar.
7. RUMPUT 2 : Centil. Angkuh. Cantik
8. MANUSIA : Centil. Periang. Sombong. Tidak memikirkan orang lain


Pohon 1 : Tempatku di mana? (MASUK PANGGUNG SAMBIL BERLARI MENGITARI PANGGUNG. BINGUNG. PANIK. TERIAK. JATUH) Di mana??? Di-ma-na? (MENUNDUK)
Pohon 2 : Di situ. Di situ. (TERIAK. BELUM MASUK PANGGUNG)
Kau dengar? Di-si-tu! Hey tuli…kau dengar aku?
Pohon 1 : (TERKEJUT. MELIHAT KE SEKELILING) Hey! Siapa itu? Ada yang tahu?
Pohon 2 : Aku yang tahu! (KELUAR. GAGAH)
Pohon 1 : Kau?? (MENGITARI POHON 2) Kau tahu?
Pohon 2 : Ya. Aku tahu!
Pohon 1 : Kau???
Pohon 2 : Iya…
Pohon 1 : Kau?
Pohon 2 : Iya!!! (MARAH. MEMBENTAK. JATUH. JONGKOK DI SAMPING 1) Meski aku sendiri tak pernah tahu tempat yang nyama untukku!
Pohon 1 : Hey! Kau menangis? Kau bilang kau tahu tempat untukku, tapi tak tahu tempat yang nyaman? (BINGUNG. NADA BICARA TINGGI)
Pohon 2 : (TERTUNDUK. SEDIH. DIAM. TAK MEMPERTIMBANGKAN TINGKAH 1)
Pohon 1 : Hey...
Pohon 2 : Sudahlah, jangan kau tujukan sapaan, pertanyaan, dan ketidakmengertianmu itu padaku! Aku tidak... (MENANGIS) Aku... (BERLARI) Nah...tanyakan padanya! (MENUNJUK MANUSIA)
Manusia : (MASUK PANGGUNG. BERNYANYI)
Pohon 1 : Dia?
Pohon 2 : Ya! Kenapa?
Manusia : (DUDUK. BERFANTASI TENTANG KEINDAHAN)
Pohon 1 : Tunggu! (MENCEGAH POHON 2 YANG HENDAK MENDEKATI MANUSIA) Dia tuli!
Pohon 2 : Ha? Tidak! Bagaimana mungkin dia tuli? Kemarin kulihat dia sedang bercakap-cakap dengan orang lain!
Pohon 1 : Tuli!
Pohon 2 : Tidak!
Manusia : Hey bunga-bunga...apa kalian tahu? Sebentar lagi aku akan punya swimming pool! Kalian tahu? Kolam renang!

Pohon 2 : Nah, dengarlah, dia mengajak kita bicara! Ayo, ini kesempatan kita untuk menanyakan hal yang selama ini tak pernah bisa kita jawab!
Pohon 1 : (ENGGAN) Apa tidak sebaiknya kita musyawarahkan sekali lagi?
Pohon 2 : Ah... Sudahlah, kita tanya saja padanya!
Manusia : Hari ini aku akan mulai membersihkan taman ini, em... berarti aku harus panggil penebang pohon... Ah... senangnya! Satu bulan lagi teman-teman di sekolahku akan semakin yakin kalau aku ini anak orang kaya. Hem... pemilik kolam renang ketiga setelah Dhea dan Cesa...
Pohon 1 dan 2 : (BINGUNG)
Pohon 1 : Tebang?
Pohon 2 : Pohon?
Pohon 1 dan 2 : Dia akan menebang saudara kita?
Pohon 2 : (MENANGIS KECIL) Hancur harapan kita... Apa lagi yang...
Manusia : (BERLARI KECIL. BAHAGIA. MENABRAK POHON 2) Ups... belum kucabut, sudah patah...na...na...na...(KELUAR)
Pohon 1 : Hey... kau mati? Mati? Hey... temanku mati...aku sendiri sekarang...(MEMELUK)
Pohon 2 : Tolong bangunkan aku!
Pohon 1 : Kau masih hidup? Hey... temanku ternyata masih hidup...
Pohon 2 : Sudahlah! Hentikan teriakan bodohmu itu! Percuma kau teriak-teriak seperti itu! Tidak akan ada telinga yang mau mendengarmu. (TERIAK. MASIH LEMAH. BERUSAHA UNTUK BANGUN)
Pohon 1 : Ah... namanya usaha...(SINIS)
Pohon 2 : Usaha yang sia-sia. Sudahlah... bangunkan aku dulu!
(Pohon 1 membangunkan Pohon 2 dengan hati-hati)
Pohon 2 : Yuhu....aku masih bisa berlari, masih bisa melawan busuk dan panasnya alam ini!
Pohon 1 : Eh...ketika ada kata busuk dan panas aku jadi bingung dan panik dengan masa depan kita. Kulit kita akan kering, mengelupas, batang kita akan menjadi kayu yang keras, daun berjatuhan, dan tidak ada lagi bunga, apa lagi buah...
Pohon 2 : Ya...tapi apa yang bisa kita lakukan? Manusia sekarang semakin tidak membutuhkan kehadiran kita.
(Pohon 1 dan Pohon 2 MERENUNG. DUDUK BERJAUHAN. 4 DAN 5 MUNCUL. MENARI)
Pohon 4 : Wah...di sini nyaman!
Pohon 5 : Aku akan melahirkan bunga-bungaku di sini...
Pohon 1 dan 2 : Nyaman?
Pohon 1 : Siapa kalian? Kulit kalian tidak peka? Tidak merasa panas?
Pohon 4&5 : Panas?
Pohon 5 : Justru dengan terik yang menyengatlah aku bisa hidup...
Pohon 4 : Bunga-bunga kami lahir dengan matahari...
Pohon 1 : Tapi panas yang kami maksud bukan terik dari sahabat kita itu...
Pohon 4&5 : Lalu?
Manusia : Sudah ada tumbuhan baru yang lebih tahan panas...nantinya ini akan kuletakkan di pinggir kolam...dengan panas yang semakin terik bunga2nya justru lebih bermekaran
Pohon 4&5 : Astaga, dia sengaja akan meletakkan kita pada tempat yang terik...
Pohon 2 : Hah, kalian baru sadar? kalian pikir dia tulus?
Rumput : (DARI LUAR PANGGUNG) Mereka tak pernah tulus...
pohon 4 : Berarti kami harus pergi dari sini? tak boleh hidup di sini?
Rumput : (DARI LUAR PANGGUNG)Bukan itu yang kami maksud, kami bukan ingin mengusirmu...ayolah, kita cari cara agar kita tetap dapat hidup berdampingan di sini...
Pohon 5 : Itu tugas kalian sebagai penghuni lama, kami tidak akan tinggal di sini?
Pohon 2 : Tidak akan tinggal di sini? lalu di mana?
seluruh belahan bumi sudah tidak aman?
Pohon 1 : Mau tinggal di surga?

(POHON 4 DAN 5 KELUAR PANGGUNG. BERLARI. POHON LAIN HANYA MELIHAT DENGAN EKSPRESI DATAR)

Rumput 1 : (SEMUA RUMPUT MENARI DENGAN GAYANYA MASING2, ADA YANG GEMBIRA ADA YANG SEDIH) Hey... (BERKELILING) Kami – Harus – Mati-
Rumput 2 : Ha? Mati? Enak saja kau bicara!
Rumput 1 : Enak saja? Enak! Mungkin lebih baik mati daripada tersiksa
Rumput 2 : Kau yang tersiksa...berarti kau saja yang mati (SEMUA DIAM)
Pohon 1 : Siapa mereka?
Pohon 2&3 : (BINGUNG)
Pohon 2 : Sebentar. Sabarlah kalian. Biar kulihat dulu. (MENGELILINGI RUMPUT)
Pohon 3 : Berduri?
Pohon 1 : Ada durinya?
Pohon 2 : Ssst...diam dulu (BERJALAN MENGENDAP) tidak (SEDIH)
Pohon 1 : Jadi, mereka juga akan mati bersama kita?
Pohon 2 : Ya...cepat atau lambat! Pasti!
Pohon 3 : Tidak hanya bersama kita, tapi juga bersama semua tumbuhan yang lain.
Rumput 1&2 : (BERGERAK MENDEKATI POHON 123)
Rumput 1 : Hey...mereka juga sakit!!!
Rumput 2 : Hah? Dari mana kau tahu?
Rumput 1 : Kering...kulit mereka, layu daun mereka, dan lihat...buah dan bunga mereka sama sekali tidak pantas disebut dengan buah dan bunga.
Pohon 2 : Mereka kau bilang? Apa kamu pikir bantuk tubuh kalian, warna kalian, masih layak disebut tumbuhan?
Pohon 3 : Ah...sudahlah...aku...kamu...kamu...dan...kamu...kita semua...tak layak lagi disebut penyaring udara, kita bukan lagi tumbuhan...
Rumput 2 : Aku masih merasa layak!!!
Rumput 1 : Sampai kapan?
Rumput 2 : Entahlah...yang jelas aku masih merasa layak.
Pohon 1 : Layak, panas, kering, dan mati...itulah yang akan kau alami, Cantik!
Rumput 1 : Sudahlah! Ada yang tahu tempat yang aman untuk kita?
Pohon 123 : Surga...
Rumput 1 : Surga? Di bumi ini maksudku!!!
Pohon 1 : Alah, aku sudah pernah membahasnya! Dan hasilnya, NOL!!! Tidak ada yang tahu!
Pohon 2 : Bahkan manusia yang seharusnya melindungi kita, akan menyulap tempat ini menjadi tempat yang jelas tidak aman bagi kita.
Rumput 2 : Aduh! Kenapa kau selalu bilang kita? Bukankah aku masih nampak hijau? Beda dengan kalian...dan kurasa aku masih pantas untuk hidup!
Semua : Pantas! Tapi sampai kapan???

(TIBA-TIBA SUHU MENJADI SANGAT PANAS. SEMUA MERASA KEPANASAN. TERSIKSA. PANIK.)

Semua : Inilah kesedihan kami. Inilah kemalangan kami. Inilah derita kami. Panas bumi meningkat... Panas... Bumi jadi bara... Panas... (PINGSAN)
Manusia : (MASUK PANGGUNG. TERKEJUT. GEMBIRA) Wah...bagus! Kalian memang tumbuhan yang manis! Tahu diri! Jadi...aku tak perlu memanggiltukang taman untuk memberaskan kalian. Bi... Bibi...tolong bersihkan sampah2 ini dan bakar! (MENUNGGU JAWABAN. DIAM.) Kok tidak ada jawaban? Bi!!! Ah...si bibi kemana seh? Ya udahlah, ntar aja... (MENENDANG SALAH SATU POHON. KELUAR PANGGUNG)
Pohon 3 : (SADAR. BANGUN. BINGUNG. LARI) Eh...Bangun-bangun... semuanya bangun!

(SATU PERSATU POHON DAN RUMPUT BANGUN)

Pohon 3 : Ke sinilah kalian...selagi kita masih punya waktu untuk mencari solusi atas permasalahan ini, mari kita berusaha cari (SEMUA BERKUMPUL)
Pohon 3 : Apa yang harus kita lakukan?

Rumput 1 : Loh...gimana seh? Kok malah nanya! Bukankah kamu yang mau mengajak kami mencari solusi?
Rumput 2 : Hah? Solusi kok dicari! Mana ada yang buang!
Pohon 1 : Baiklah, kali ini kita buat solusi!
Pohon 2 : Bukan cari solusi!
Pohon 1 : Solusi agar kita tetap bisa hidup tanpa merasa panas, kulit kita tidak kering, mengelupas, hingga daun2 kita jatuh satu persatu.
Rumput 1 : Yuph...Setahuku ketika kita membuat solusi, kita musti tahu dulu apa penyebab dari masalah yang kita alami
Pohon 123 : Yang jelas ini bukan masalah takdir
Pohon 2 : Kita boleh memperjuangkan nasib
Pohon 3 : Manusia
Pohon 1 : Ya...ini akibat kelalaian manusia
Rumput 2 : Manusia? Bukankah selama ini mereka yang selalu menyiram, memberi pupuk, dan bahkan menanam kita? Apa mungkin mereka juga yang mau membuat kita mati?
Rumput 1 : Yang membuat kita mati memang bukan manusia! Tapi mereka penyebab tanah pijakan kita menjadi sepanas bara!
Rumput 2 : Kok bisa? lalu apa tujuan mereka menanam kita? Sengaja untuk dibunuh?
Pohon 1 : Apapun tujuan manusia menanam kita, sekarang menjadi tidak penting lagi. Hal yang penting sekarang adalah mengatasi penderitaan ini...
Pohon 2 : Manusia sering menyebut kenaikan suhu bumi ini dengan pemanasan global.
Pohon 3 : Global Warming
Rumput 2 : Dan kalian mau tahu hal yang sering dilakukan manusia untuk menekan proses pemanasan global? ”Aksi Tanam Seribu Pohon”
Rumput 1 : Lalu apa mungkin kita melakukan aksi itu? Atau mungkinkah kita meminta manusia untuk melakukannya untuk kita?
Pohon 1 : Ah...yang benar saja! Kita menanam diri kita sendiri? Untuk berbicara dengan manusia jelas tidak mungkin. Kita tidak mampu melakukannya!
Pohon 2 : (MENANGIS. BERTERIAK) A...kita tidak mampu...tidak bisa...
Pohon 3 : (MEMELUK POHON 2. MENANGIS) Apa salah kita sehingga masalah menjadi demikian berat??? Aku pusing memikirkan semua ini... Mati...itu jalan terbaik... Agar manusia2 sombong itu tak pernah lagi punya kita, tak punya penyaring oksigen...kita lihat saja...sampai kapan mereka akan bisa bertahan hidup tanpa kita.
Semua : (BERDIRI BERJAJAR DI TENGAH PANGGUNG) Kami semua akan meregang nyawa. Kami akan mati. Bukan karena nyawa tak mau lagi bersemayam. Bukan karena kami bosan menghiasi dunia. Kami sudah lelah dengan semua ini. Kami lelah. Hey manusia...kami lelah karenamu.... (PINGSAN)





(TITIN YULIANTI PRAWESTI)
1 JANUARI 2009
”Makasih buat seseorang yang telah membuatku mampu melihat warna pelangi hati”
”Makasih telah membuat awal tahun ini indah untukku”
”Makasih dah jadi inspirasi dalam banyak hal”
”Semoga Pelangi di atas sana akan tetap tersenyum dengan lengkung indahnya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar